Pekalangan merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota Cirebon, kelurahan ini merupakan wilayah Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Pekalangan sendiri berasal dari kata “Kalang” perlu dipahami bahwa Kalang merupakan nama sub suku dalam suku Jawa, sama seperti Baduy dalam Suku Sunda. Dalam buku History Of Java (volume.1: 328) dinyatakan bahwa suku ini dahulu tersebar dibeberapa daerah di Pulau Jawa yaitu di Kendal, Kaliwungu Dan Demak, leluhur orang Kalang ini berasal dari Raja-raja Medang Kemulan.
Orang Kalang ini dahulu hidup nomanden, berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain, mengembara dengan bercocok tanam ketempat-tempat yang mereka sukai, ketika mereka nomanden mereka membawa Pedati yang berisi perlatan-perlatan yang dibutuhkan yang diangkut dua ekor sapi atau kerbau, orang Kalang juga mempunyai praktek-praktek keagamaan sendiri dan berbeda dengan agama-agama orang-orang Jawa waktu itu, dan dipercayai masih menganut Agama nenek moyang mereka. Pada masa Kesultanan Mataram diperintah Sultan Agung, orang kalang yang hidup nomanden tersebut dipaksa untuk menetap disuatu desa yang ditentukan, tujuannya agar supaya Negara pada waktu itu dapat memantau perkembangan orang-orang Kalang.
Di wilayah Kerajaan Cirebon sendiri, juga terdapat orang-orang Kalang, kumpulan orang-orang Kalang ini kemudian membentuk sebuah perkampungan di Cirebon yang kemudian kampung tersebut disebut dengan “Pekalangan” maksudnya kampungnya atau desanya orang Kalang.
Dalam Naskah Mertasinga Pupuh XXX.10- XXX.17. diinformasikan mengenai kedatangan orang-orang Kalang di Cirebon, dalam naskah tersebut diceritakan bahwa, pada mulanya orang-orang Kalang yang datang ke Cirebon ini, susah di atur dan bahkan saking susahnya itu mereka melakukan pemberontakan terhadap Kesultanan Cirebon, Pemberontakan orang Kalang ini dipimpin oleh seseorang yang bernama Patih Genden, beliau bersama-sama orang-orang Kalang lainnya melakukan huru-hara di Cirebon dengan dilengkapi persenjataan lengkap dizamannya.
Translit Naskah Mertasinga Tentang Pekalangan-Karanggetas |
Menghadapi hal tersebut Sunan Gunung Jati kemudian memerintahkan Parajuritnya untuk melakukan Penumpasan terhadap pemberontakan ini, perang antara Kesultanan Cirebon dengan Orang Kalang ini terjadi di sebuah hutan yang masih dalam wilayah Cirebon. Pasukan Cirebon waktu itu dipimpin oleh Arya Punglu seorang Demak yang mengabdikan diri di Cirebon.
Dalam pertempuran tersebut, dikatakan bahwa senjata-senjata yang digunakan oleh orang-orang Kalang tersebut dapat dipatahkan oleh Cirebon, bahkan sebagian diantara senjata bedhil yang digunakan orang Kalang untuk memberontak ini tidak berfungsi dengan baik, sehingga dengan demikian orang-orang Kalang kemudian dapat dikalahkan oleh Tentara Cirebon.
Hutan yang dijadikan tempat peperangan tersebut kemudian dinamakan “Karang Getas” Karang sendiri dalam bahasa Cirebon bermaksud "Hutan (Hutan Gundul)" adapun Getas sendiri bermaksud “Tumpul/Patah/Tak Berfungsi” dinamakan Karanggetas sebagai peringatan bahwa ditempat itulalah orang-orang kalang dapat dipatahkan, ditumpulkan atau ditaklukan. Namun demikian dalam peperangan tersebut Patih Genden kemudian menyerahkan diri dan pada nantinya memeluk Islam. Setelah memeluk Islam Patih Genden dan orang-Orang Kalang lainnya kemudian ditempatkan pada sebuah desa yang kelak dinamai pekalangan. Adapun Karanggetas sendiri sekarang menjadi nama sebuah blok di Kelurahan Pekalangan Kota Cirebon.
0 comments:
Post a Comment