Pada tahun 1670 didalam wilayah Kesultanan Mataram meletus pemberontakan yang digagas oleh Raden Trunajaya yang merupakan seorang Bangsawan Madura melawan kekuasaan Amangkurat I yang dianggap semena-mena, pemberontakan ini didukung oleh orang-orang Bugis. Perang antara pemberontak Vs kesultanan Mataram ini dalam sejarah disebut perang Trunajaya.
Dalam pemberontakan tersebut pada tahun 1676 pasukan pemberontak berhasil mengalahkan tentara Mataram dan berhasil merebut kota-kota pesisir utara Jawa dari kekuasaan Kesultanan Mataram, salah satunya Kota Rembang. Selain itu juga kemudian pada tahun 1677 Raden Trunajaya berhasil merebut Keraton Keultanan Mataram di Plered. Sementara itu Amangkurat I melarikan diri dari Istana dan kemudian meninggal dalam pelarian.
Setelah meninggalnya Amangkurat I kemudian Kesultanan Mataram melantik anak sang raja yang wafat tersebut menjadi Sultan Mataram baru dengan gelar Amangkurat II.
Dengan kepintarannya Amangkurat II kemudian meminta bantuan VOC Belanda dengan mengiming-imingi wilayah kekuasan dan uang, VOC pun kemudian membantu, selanjutnya pada tahun 1676 Trunajaya berhasil ditangkap setelah peristiwa penggempuran markas Trunajaya di Kediri.
Pada saat pasukan trunajaya merebut kota-kota pesisir Jawa inilah banyak penduduk mengungsi ke Kota-kota lain, begitupun juga dengan para pedagang Cina mereka eksodus besar-besaran dari wilayah Kerajaan Mataram menuju kebeberapa negara lainnya, salah satu tujuannya ke Kesultanan Cirebon.
Peta Pelayaran Pengungsi Cina Rembang Ke Cirebon |
Orang-orang Cina yang eksodus ke Cirebon kebanyakan berasal dari Rembang, mereka berlayar dari Rembang ke Cirebon dengan rasa was-was dan perasaan tidak menentu, namun demikian setelah mereka sampai di Cirebon akhirnya mereka diberikan suaka dan perlindungan oleh Kesultanan Cirebon, bahkan Kesultanan Cirebon kemudian bisa meyakinkan Mataram dan VOC Belanda bahwa orang Jawa dan Cina yang eksodus dari Rembang ke Cirebon tidak terlibat dalam perang Trunajaya.
Diceritakan dalam naskah Mertasinga Pupuh LXXXIII.02-10, yang memberikan perlindungan kepada para pelarian Cina Rembang tersebut adalah pangeran Arya Carbon.
Arya Carbon diceritakan sebagai seorang berfikiran maju dan pandai bergaul, suka melakukan pembangunan dan loyal pada rakyatnya.
Setelah memberikan suaka dan perlindungan pada para pelarian Cina Rembang, Arya Carbon merangkul etnis Cina melalui persahabatan dan memberikan wilayah-wilayah kepada para etnis Cina untuk diramaikan dengan kegiatan ekonomi.
Hal tersebut itulah yang membuat para Sudagar Cina pelarian Rembang merasa berhutang budi pada pangeran Arya Carbon, oleh karena itu segala permintaan Arya Cirebon tak sanggup mereka tolak.
Ketika Arya Carbon mempunyai ide pembangunan taman kesultanan yang diperuntukan sebagai taman menyepi para keluarga keraton, beliau kemudian meminta bantuan keuangan para saudagar Cina, pembangunan taman yang pada waktu itu sebagai taman terbesar di Pulau Jawa itu kemudian terwujud akibat sokongan pendanaan dari bekas pelarian para pedagang Cina Rembang.
Lukisan Taman Sunyaragi Abad 18 Dengan Latar Belakang Gung Ciremai |
FotoTaman Sunyaragi 2017 Dengan Latar Belakang Gung Ciremai |
0 comments:
Post a Comment