Tuesday, April 3, 2018

Invasi Majapahit Ke Kerajaan-Kerajaan Di Pulau Sumatra

Setelah Majapahit mampu menaklukan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dan menggabungkanya kedalam wilayah kekuasaanya rupanya ambisi Majapahit untuk menjadi Super Power di Nusantara semakin menanjak. Madura, Bali, Lombok selanjutnya ditaklukanya. 

Tidak sampai situ saja, Kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah ditaklukannya, Jawa Baratpun demikian tapi sayang reputasi Majapahit dalam menaklukan Kerajaan Sunda ini terbilang memalukan karena diperoleh dengan cara-cara pengecut. 
Tidak puas dengan penaklukan Negeri-negeri dipulau Jawa dan negeri-negeri di Timur pulau Jawa, Majapahit kemudian terus mengembangkan sayapnya ke wilayah barat Pulau Jawa, dengan mecoba melakukan Invasi ke Negeri-negeri yang ada di Pulau Sumatra. 

Sumber-sumber yang dijadikan rujukan mengenai peristiwa Invasi Majapahit ke berbagai Kerajaan di Nusantara sejauh ini masih bersumber dari tutur tinular (Cerita Rakyat Yang Tak Tertulis) serta naskah-naskah kelasik Nusantara, seperti kisah penaklukan Bali dan Lombok bersumber dari tutur tinular. Penaklukan Sunda bersumber dari Naskah Kidung Sundayana, Pararaton dan lain sebagainya. 

Adapun naskah-naskah yang dijadikan sumber cerita mengenai Invasi Majapahit ke Pulau Sumatra diantaranya adalah Naskah Hikayat Raja-Raja Pasai, Tambo Minang dan Naskah Melayu Salatusalatin.  Meskipun demikian selain naskah-naskah yang telah disebutkan di atas yang menceritakan kisah invasi Majapahit ke Pulau Sumatra terdapat juga bukti-bukti peninggalan seputar kedatangan orang-orang Majapahit ke Pulau ini, seperti petilasan-petilasan atau makam Gajahmada di Aceh, dan lain sebagainya.

Selain sumber primer dalam bentuk Naskah dan Kisah Rakyat, ada juga sebenarnya buku-buku sejarah yang dibuat oleh para Sejarahwan Nasional yang mengulas tentang peristiwa Invasi Majapahit ke Sumatra diantaranya buku Sejarah karya Slamet Muljana (2005:140) yang berjudul “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” dalam buku ini sedikit banyak dikupas mengenai Invasi  Majapahit ke Sumatra.

Latar belakang invasi Majapahit ke Sumatra dimulai dari peristiwa bunuh dirinya Puteri Majapahit setelah gagal menikah dengan Pangeran Kesultanan Pasai. Diceritakan yang menjadi Sultan Pasai waktu itu adalah Ahmad Malik Az-Zahir (Mulai Bertahta Pada 1349) beliau merupakan seorang Raja yang berakhlak buruk, beliau mempunyai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan, yang laki-laki bernama Tun Beraim Bapa Dan Tun Abdul Jalil Sementara yang perempuan bernama Tun Medan Peria dan Tun Takiah Dara. Sultan Ahamd Malik Az-Zahir diceritakan melakukan perbuatan keji dengan mencoba memperkosa kedua anak perempuannya sendiri, mendapati gelagat buruk dari ayahnya itu anak Sulung Sultan (Tun Beraim Bapa) melarang bapaknya, namun demikian bukannya sadar malah kemudian Sultan membunuh anak pertamanya itu dengan meracuninya. Selepas meninggalnya anak sulung Sultan yang sekaligus digadang-gadang menjadii pewaris tahta Kesultanan Pasai itu, kedua puteri Sultan merasa ketakutan terhadap bapaknya sendiri hingga akhirnya keduanya kemudian bunuh diri dengan meminum Racun (Russell Jones, Hikayat Raja Pasai, 1999:35-56).

Setelah kematian 2 putri dan 1 putra mahkotanya, otomatis Sultan Ahmad Malik Az-Zahir hanya tinggal memiliki satu anak laki-laki lagi yaitu Tun Abdul Jalil , anak ini kemudian dijadikan sebagai putra mahkota menggantikan kakanya yang telah tiada. Pada masa ini (Tahun 1350-1360), Majapahit yang berpusat dijawa mengirimkan delegasinya ke Pasai untuk menjalin hubungan kekeluargaan dengan cara menikahkan Puteri Majapahit yang bernama Raden Galuh Gemerencang dengan Putra mahkota Pasai yaitu Tun Abdul Jalil. 

Namun demikian bukannya senang karena sang Putera Mahkota akan menikah dengan puteri Majapahit yang rupawan, rupa-rupanya Sultan Ahmad Malik Az-Zahir justru meninginkan sang Puteri itu untuk dikawininya, maka disusunlah rencana jahat untuk membunuh Tun Abdul Jalil. 

Tun Abdul Jalil kemudian dibunuh oleh orang Suruhan Bapaknya dengan cara ditenggelamkan, sementara itu mendapati calon suaminya terbunuh oleh Bapaknya sendiri, sang Putri Raden Galuh Gemerencang kemudian bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri ke dasar laut. 

Setelah peristiwa itu, kemudian Raja Majapahit menjadi sangat murka, dan berjanji akan melululantakan Pasai. Menghadapi hal semacam ini, Gajahmada sebagai Patih Majapahit kemudian memanfaatkan susana ketegangan dengan membangun armada laut besar-besaran dengan harapan armadanya yang kuat itu mampu menaklukan Pasai dan sekaligus melakukan penaklukan pada kerajaan-kerajaan di seluruh Sumatera secara serentak. Mungkin dalam fikirnya, "inilah kesempatan bagus untuk mewujudkan sumpah Palapa".


Dengan ratusan Kapal Perang dan puluhan Ribuan pasukan perang handalnya tentara Majapahit kemudian bertolak menuju Pasai untuk melakukan penggempuran. Sesampainya di Pasai, maka kemudian perangpun meletus. Pasukan Majapahit berhasil membuat pasukan Pasai Porak Poranda, Ibukota Raja dikuasai. namun demikian, ketika  pasukan Majapahit kian merangsek ke pusat istana, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir terpaksa menyelamatkan diri. Ia melarikan diri ke suatu tempat bernama Menduga yang berlokasi 15 hari perjalanan dari ibukota Samudera Pasai (Jones, 1999: 57-65).

Setelah peristiwa tersebut maka takluklah Pasai dibawah majapahit. Majapahit kemudian membawa banyak rampasan perang dari Pasai, serta juga membawa orang-orang pandai dan ulama dari Negeri ini. Untuk urusan selanjutnya kemudian Majapahit mengangkat Pemimpin Baru di pasai yaitu Ratu/Sultanah Nahrasiyah/Nur Illah Sebagai Sultanah pertama di Pasai. 

Setelah menaklukan Pasai, Tentara Majapahit sebagiannya pulang ke Jawa membawa kabar kemenangan penaklukan Pasai, sementara kebanyakanya kemudian melanjutkan menaklukan negeri-negeri di Sumatra, Jambi, Palembang, dan Riau ditaklukan dalam ekspedisi ini. dan yang terakhir adalah menaklukan Pagaruyung. Namun demikian orang-orang Pagaruyung berhasil mengalahkan Majapahit dengan tipu muslihat adu kerbau. Setelah kemenangan orang-orang Pagaruyung melawan Majapahit melalui adu Kerbau itu, kemudian Pagaruyung diubah namanya menjadi Minangkabau yang bermaksud "Kemenangan Kerbau".

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Invasi Majapahit Ke Kerajaan-Kerajaan Di Pulau Sumatra

0 comments:

Post a Comment