Siapa yang tak kenal Raden Ajeng Kartini, namanya harum seharum jasa-jasanya untuk perkembangan emansipasi perempuan di Indonesia, beliau juga dikenal sebagai murid Kiai Haji Sholeh Darat, Ulama besar dari semarang, dan atas jasa-jasa yang harum trersebut kelak beliaupun diangkat sebagai pahlawan Indonesia dalam bidang pendidikan kewanitaan.
RA Kartini lahir pada tanggal 12 bulan April Tahun 1879 dan wafat pada Tanggal 17 September 1904, beliau merupakan anak dari Bupati Jepara yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dengan MA Ngarisah.
Sebelum diangkat menjadi Bupati Jepara ayah Kartini memang berdah biru, beliau merupakan Wedana (Sekelas Camat Sekarang) dengan memikul jabatan kepangkatan sebagai Patih di Daerah yang bernama Moyang. Sementara Istrinya hanya seorang anak Ulama atau Guru Ngaji yang bernama K.H Madriono.
Karir Ayah RA Kartini menjadi menanjak setelah dipercaya pemerintah Belanda untuk menjadi Bupati Jepara akan tetapi syarat untuk menjadi Bupati kala itu harus mempunyai Istri berdarah biru juga, oleh karena itu Ayah R.A Kartini kemudian menikah lagi dengan bangsawan.
Masa hidup RA Kartini tidak lama, beliau hanya hidup didunia selama 25 tahun, sebab empat hari selepas beliau melahirkan anak pertamanya, beliau kemudian wafat karena mengalami preeklampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Semasa hidupnya beliau hanya hidup bersama suaminya selama kurang lebih satu tahun saja. Beliau juga hanya empat hari saja melihat anaknya.
Suami RA Kartini
RA Kartini menikah pada umur 24 tahun suaminya bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat beliau merupakan Bupati Rembang. Kartini merupakan Istri ketiga dari sang Bupati, perkawinan antara Kartini dan Bupati Rembang itu dilakukan dengan jalan perjodohan, Ayah RA Kartini menjodohkan puterinya dengan sang Bupati.
K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat merupakan Bupati Rembang yang berfikiran maju, ia membebaskan Istrinya kartini untuk mendidik anak-anak perempuan dilingkungan Istana Keadipatian Rembang dan bahkan juga ikut mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Sebab itulah ide-ide Kartini pasca menikah dengan Bupati Rembang menjadi terlaksana. Selama menikah dengan sang Bupati, RA Kartini dianugerahi putera yang kelak diberi nama Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat.
Anak RA Kartini
Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat adalah anak satu-satunya RA Kartini beliau lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 13 September tahun 1904 dan meninggal di Jakarta, pada tanggal 17 Maret tahun 1962 pada umur 57 tahun, dinamakan Soesalit karena beliau digambarkan sebagai seorang anak yang "susah naliko alit”yang bermaksud susah semenjak kecil karena ditinggal wafat ibundanya.
Meskipun demikian sebagai anak dari seorang Bupati, Soesalit hidup dengan berkecukupan dan dapat mengenyam pendidikan disekolah, pada masa mudanya tepatnya pada masa pendudukan Jepang Soesalit bergabung menjadi tentara dengan masuk satuan PETA (Pembela Tanah Air).
Dalam karier militernya ia berhasil mencapai pangkat Mayor meskipun demikian dikarenakan hasil Reorganisasi Angkatan Perang Republik Indonesia pada 1948 pangkatnya diturunkan menjadi Kolonel. Pada program Reorganisasi ini juga ia ditunjuk menjadi salahsatu anggota komisi III jenderal di mana ia dianggap mewakili kalangan bekas PETA dan Laskar.
Secara kedinasan Soesalit selama hidupnya pernah menjabat berbagai jabatan kemiliteran, diantaranya jabatan-jabatan yang pernah diembanya adalah sebagai berikut:
- Sebagai Komandan Brigade V Divisi II Cirebon (Berakhir pada Oktober 1946)
- Sebagai Panglima Divisi III Diponegoro (Yogyakarta - Magelang) (dari Oktober 1946 sampai 1948).
- Sebagai Panglima Komando Pertempuran Daerah Kedu dan sekitarnya (berakhir pada 1948).
- Sebagai Perwira diperbantukan pada Staf Angkatan Darat/Kementerian Pertahanan.
Soesalit meninggal dunia pada 1962 dan dimakamkan di kompleks makam RA Kartini dan keluarganya di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang.
0 comments:
Post a Comment