Friday, March 30, 2018

Sejarah Asal-Usul Julukan Kota Wanita Tunasusila Bagi Indramayu

Wanita Tunasusila jika diartikan secara bebas bermaksud wanita-wanita yang berkecimpung pada dunia asusila, atau dalam bahasa yang lebih dipahaminya adalah wanita-wanita yang menjajakan kemolekan tubuhnya untuk pria-pria hidung belang dengan imbalan nominal uang tertentu. Pada Kota-kota yang tumbuh di Indonesia khususnya di kota-kota besar, berhamburan segala fasilitas kesenangan dari yang halal sampai pada yang haram-haram seperti transaksi jual beli kemolekan tubuh antara pria hidung belang dan penyedianya. 
Bisnis esek-esek di Kota tertentu pada nyatanya kemudian menimbulkan citra buruk bagi Kota yang bersangkutan, sebut saja dalam kasus Pataya, sebuah Kota yang terkenal di Thailand, bukan terkenal karena keindahan dan kemajuannya, melainkan tekenal karena Pelacu*rannya, atau dalam kasus Surabaya, Kota ini juga dikenal sebagai kota esek-esek bahkan pernah juga disebut sebagai pusat esek-esek kelas teri terbesar di Asia Tenggara, karena di Kota Ini terdapat sebuah gang yang benama Gang Doli yang tanpa malu-malu dalam gang ini dijalankan bisnis yang tak bermoral tersebut.

Meskipun Surabaya mempunyai julukan resmi sebagai Kota Pahlawan, akan tetapi kebanyakan orang juatru menjulukinya dengan jukukan “Kota Doli”. Entah ngledek atau menghina. Tapi ini dulu, Surabaya yang dulu. Sekarang Doli sudah dimusnakan oleh Ibu Risma selaku Walikota Surabaya setahun yang lalu. 

Berbeda dengan Pataya maupun Surabaya yang punya bisnis esek-esek besar, Indramayu yang tidak memiliki kegiatan esek-esek yang dilegalkan justru dicap atau dijuluki sebagai kota esek-esek. Aneh memang. 

Ada juga kemudian yang beranggapan, bahwa memang Indramayu tidak seperti Surabaya maupun Pataya, akan tetapi katanya di Kota-Kota besar itu para Wanita Tunasusilanya berasal dari Indramayu, karena memang wanita-wanita dari Indramayu ini catik-cantik dan mudah bergaul sehingga diminati oleh pria-pria hidung belang, maka karena seperti itu kemudian julukan kurang sedap itupun akhirnya menimpa juga ke Indramayu, begitu tegasnya. 

Apa iya demikian..? Mungkin iya mungkin juga tidak, perlu dilakukan penelitian mendalam, sebab jangan-jangan Wanita Tunasusila itu hanya mengaku-ngaku orang Indamayu saja, agar supaya laku. Atau juga memang bisa benar begitu. Jalan satu-satunya cek sendiri. Tapi sayang penulis tidak punya kapasitas dan kemampun untuk melakukan penelitaian mendalam. Kamu bisa?

Ditinjau dari sisi kesejarahanya, sebenarnya dalam legenda Indramayu sendiri membahas tentang masalah ini, bahakan dalam legenda yang dituturkkan dari generasi kegenarasi diceritakan mengenai awal mula kenapa Indramayu dijuluki sebagai Kotanya Wanita Tunasusila/ Genit/Pelacu*r. 

Diceritakan bahwa julukan tersebut adalah merupakan kutuk atau sumpah serapah yang dilontarkan oleh Raja Sumedang Larang pada Penguasa Indramayu yang telah merebut daerahanya. Adapun kisah rincinya demikian:
  • Diceritakan  dahulu ketika Indramayu di pimpin oleh Pangeran Darma terjadi peristiwa keributan dengan Negara tetangga (Sumedang Larang) sehingga pada kesimpulannya Indramayu kemudian merelakan sebagian tanah kekuasannya (Tanah Lelea) diambil alih oleh Sumedang.
  • Peristiwa itu bermula ketika putera mahkota Sumedang Larang dan Indramayu menuntut ilmu di Cirebon. Dalam menuntut ilmu tersebut rupa-rupanya keduanya mencintai wanita yang sama, karena merasa sama-sama merupaan anak seorang Prabu, keduanya mempertahankan egonya masing-masing, sehingga pada akhirnya menyebabkan keduanya saling berkelahi, dalam perkelahian tersebut kemudian menyebabkan kematian putera sang Raja Sumedang Larang.
  • Berdasarkan keputusan mahkamah yang ditengah-tengahi Cirebon, Indramayu diharuskan membayar ganti rugi atas kematian putra raja Sumedang itu, agar supaya tidak terjadi perang antar kedua Negara, mengingat kedua-duanya merupakan Negara sahabat yang berdempetan. Dan berdasarkan pengajuan dari Sumedang Larang, diputuskanlah bahwa Indramayu harus menyerahkan Tanah Lelea yang semula menjadi hak milik atau wilayah kekuasaan Indramayu diberikan mau tidak mau kepada Sumedang sebagai ganti rugi atas meninggalnya putra Raja Sumedang Larang.
  • Setelah peristiwa terlepasnya tanah lelea dari wilayah Indramayu tersebut, rupa-rupanya Pangeran Darma tidak rela begitu saja, Pangeran Darma mencari cara agar tanah lelea itu kemudian kembali kedalam wilayah Indramayu, dengan catatan kembalinya tanah lelea tersebut dilakuan dengan teknik halus sehingga Indramayu tidak dikuncilkan Negara-negara disekelilingnya.
  • Berdasarkan Informasi intelejen yang didapat oleh Pangeran Darma diketahui, konon Raja Sumedang paling tidak tahan melihat wanita cantik, bahkan konon setiap raja berkehendak terhadap wanita cantik dinegerinya maka ia harus bersedia dinikahinya.
  • Berdasarkan kelemahan Raja Sumedang tersebut itulah, kemudian Pangeran Darma menjalankan suatu misi yang amat bahaya yaitu misi untuk mengelabui Raja Sumedang Larang. Dengan jalan rayuan wanita.
  • Karena misi tersebut adalah misi yang amat berbahaya, Pangeran Darma dalam hal ini terjun langsung. Bermodalkan rupa yang menawan, Pangeran Darma kemudian merubah dirinya menjadi perempuan jadi-jadian (Banci), penampilan dan rupa penyamaran Pangeran Darma rupanya begitu sempurna menyamai bahkan melibihi wanita cantik pada umumnya.
  • Misi Pangeran Darma dimulai dari Desa ke Desa diwilayah Kerajaan Sumedang Larang, Pangeran Darma memposisikan diri sebagai wanita genit yang pandai merayu laki-laki, suami-suami para wanita namun demikian susah untuk diakwini.
  • Banyak laki-laki tergiur akan kecantikannya, banyak suami-suami yang minggat demi Pangeran Darma, demikianlah gegernya di desa-desa di wilayah Kerajaan Sumedang Larang.
  • Sampai pada suatu waktu sampailah kabar wanita cantik yang banyak digilai di desa-desa dalam wilayah Sumedang Larang itu ketelinga Raja Sumedang Larang.
  • Rajapun berkehndak, dan sang rajapun kemudian memerintahkan agar supaya perempuan tersebut dihadapkan, benar saja ketika dihadapkan Raja kemudian kesengsem jatuh cinta seketika. Maka selanjutnya kemudian sang Raja memerintahkan kepada si Cantik tersebut untuk mau dinikahinya, namun demikian si Cantik jelmaan Pangeran Darma tersebut meminta maskawin khusus yaitu tanah luas yang dikenal dengan tanah lelea tanah tersebut nantinya digunakan sebagai tempat tinggal anak keturunanya kelak. Tanpa rasa curiga sang Rajapun kemudian menyanggupi.
  • Pernikahanpun kemudian digelar, dan berbarengan dengan itu sang Raja menyerahkan akte kuasa tanah bersetempel Raja ditulis dalam selembar kertas yang terbuat dari kulit kerbau dengan rincian penyerahan tanah lelea kepada istrinya itu.
  • Setelah selesainya gelaran perkawinan, Pangeran Darma kemudian melairan diri ke Indramayu sambil membawa gulungan akte tanah kulit kerbau itu.
  • Pelarian wanita yang dikawini oleh Raja Sumedang inipun kemudian menimbulkan kemarahan besar bagi sang Raja, hingga kemudian diceritakan sang Raja memberikan sabda yang diharus dipatuhi Rakyatnya agar jangan sampai menikah dengan wanita Indramayu, sebab wanita Indamayu itu adalah wanita-wanita penggoda, Tunasusila.
  • Maka setelah peristiwa itu tersiarlah julukan yang buruk bagi Indramayu. Yaitu kota tempat para wanita tuna susila. 
Berdasarkan kisah legenda masyhur di Indramayu itu dapatlah emudian dipahami bahwa asal-muasal julukan kota wanita tunasusila Bagi Indramayu jika ditinjau dari segi sejarah lampau dimungkinkan berkaitan dengan peristiwa penyamaran yang dilakukan pangeran Darma dalam merebut Tanah Lelea, dimana dalam penyamaran tersebut pangeran darma memposisikan diri sebagai Wanita Genit/Penggoda sehingga kemudian peristiwa itu lah yang pada nantinya membuat Raja Sumedag Larang memberikan cap miring bagi Indramayu.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sejarah Asal-Usul Julukan Kota Wanita Tunasusila Bagi Indramayu

0 comments:

Post a Comment