Wednesday, March 28, 2018

Iskandar Muda, Sultan Aceh Yang Berpolemik Dengan Wanita Cantik

Sultan Iskandar Muda adalah salah satu Raja dari Kesultanan Aceh beliau bertahta dari tahun 1607 sampai 1636. Dibawah Iskandar Muda Aceh berada dizaman kejayaan, sebab pada masa ini, Aceh berhasil menjajah sebagian Kerajaan-Kerajaan di Sumatra seperti Deli, Asahan, Minangkabau, bahkan juga berhasil menjajah Kerajaan-Kerajaan di Semenanjung Melayu dan bahkan menguasai jalur perdagan Selat Malaka[1]
Iskandar Muda diceritakan sebagai sosok Sultan yang pintar, ambisius dan Keras terhadap pembangkang, begitulah gambaran mengenai Sultan Iskandar Muda. Akan tetapai ternyata ada gambaran lain yang belum banyak diungkap orang mengenai Sultan ini, yaitu  watak Sultan Iskandar Muda yang menyukai wanita-wanita Cantik, bahkan dari kisah-kisah seputar kebesaran Aceh dijaman Iskandar muda ini, ditemukan data bahwa Sultan terhebat dalam kerajaan Aceh ini penah berpolemik dengan wanita-wanita cantik yang menolak pinangannya. 

Ada dua alasan bagi penulis untuk menyatakan bahwa Sultan Iskandar Muda, mempunyai watak atau sikap memaksa untuk memiliki wanita-wanita cantik yang ia inginkan. Sehingga kemudian menimbulkan polemik diantara keduanya. Adapun lasan-alasan yang di ajukan adalah sebagai berikut:

Alasan Pertama
Penjajahan Kerajaan Aceh dibawah Sultan Iskandar Muda terhdap beberapa Kerajaan Melayu disemenanjung dimulai dengan menyerang Johor pada tahun 1613 dan menawan sultan Johor, Alauddin Riayat Shah III. Namun kekuasaan Aceh di Johor hanya berlangsung sebentar karena pada tahun berikutnya pasukan Johor mengusir pasukan Aceh. Pada tahun 1617, Aceh menyerang Pahang. Kemudian pada tahun 1619, sultan Iskandar Muda menyerang Kedah. Pada tahun 1620, Kerajaan Perak yang terletak di selatan Kedah juga ditaklukkan. Aceh juga berupaya mengusir Portugal dari kota Malaka pada tahun 1629, namun serangan ini gagal. Khusus Pada penaklukkan Pahang, Sultan Iskandar Muda mengambil anak sultan Pahang yang bernama Alaudin Mughayat Syah sebagai menantu, dan mengawikanya dengan putrinya Tajul Alam [2] 

Selain mengambil Putra Raja taklukanya sebagai menantunya, rupanya berdasarkan bukti-bukti Arkeologis yang masih ada di Aceh diketahui juga bahwa Raja Iskandar Muda juga mengambil puteri tercantik di Pahang, dalam sejarah Aceh sendiri tidak disebutkan namanya, hanya saja Puteri ini disebut dengan sebutan Puteri Pahang (Yang Bermaksud Seorang Puteri Yang Berasal Dari Kerajaan Pahang).

Jika kita memahami ulasan sejarah di atas dapatlah difahami bahwa Sultan Iskandar Muda yang sudah tua itu, ternyata masih berambisi untuk mengawini seorang gadis muda, terang saja Putri Pahang dalam perkawinan ini tak merasa bahagia, sebab itulah dikisahkan dalam sejarah Aceh, bahwa untuk mengusir kesedihan Putri Pahang, Sultan Iskandar rela membuat sebuah taman khusus untuk bermain-mainnya Puteri Pahang. Taman tempat bermainnya Putri Pahang itu sekarang dikenali dengan nama Taman Gunongan.  

Penulis beranggapan bahwa sang Puteri Pahang itu pasti berusia sangat muda, sebab beliau masih suka bermain-main. Seroang Puteri yang sudah Dewasa tentu lebih suka kemewahan ketimbang dibuatkan mainan, bukan begitu?, Inilah alasan pertama yang diajukan penulis jika memang benar bahawa Sultan Iskandar Muda menyukai gadis-gadis cantik yang muda-muda untuk dijadikan Istri atau mungkin juga selirnya.

Alasan Kedua
Jika alasan pertama membuktikan bahwa Sultan Iskandar Muda merupakan Sultan yang menyukai wanita Cantik, maka dalam alasan ini akan penulis buktikan bahwa ternyata Sultan Iskandar juga terbukti bisa memaksa jika wanita cantik yang hendak ia nikahi menolaknya, meskipun ia anak seorang Raja. Kalau anda menanyakan buktinya apa? Maka demikianlah jawabanya:

Dalam cerita Rakyat Melayu Deli diceritakan dahulu pernah Hidup seorang Putri cantik rupawan bernama Putri Hijau, Putri Hijau diceritakan menolak lamaran Raja Aceh, karena menolak kemudian Raja Aceh menyerang kerajaan sang putri, dalam serangan itu dikatakan kerajaannya Putri Hijau dapat ditaklukan, dan kemudian Putri Hijau diculik dan dibawa ke Aceh[3]

Dalam cerita rakyat di atas dikatakan bahwa Putri Hijau itu merupakan Puteri dari Kerajaan Aru/Haru yang terletak di Pulau Sumatra (sekarang Deli/Medan/Karo). Pertanyaan selanjutnya siapa Raja Aceh itu..? Pernakah Aceh menyerang Kerajaan Aru..? maka jawabnya demikian:

Ada dua sosok kemungkinan Raja Aceh yang terlibat dalam polemik cinta ditolak yang berbuah perang dengan kerajaan Aru ini yaitu:
  • Sultan Alauddin bin Ali Malik az Zahir yang menjabat  dari tahun 1537 Sampai 1568[4] Sultan Ke 5 Kerajaan Aceh Darusalam, dan
  • Sultan Iskandar Muda yang menjabat  dari tahun 1607 sampai 1636 Sultan Ke 14
Kenapa penulis mengajukan kedua Sultan itu, karena memang dalam sejarahnya, pada masa kedua Sultan di atas, tercatat Aceh pernah melakukan serangan terhadap kerajaan Aru.

Catatan Portugis menyebutkan  pada 1539 Aceh melakukan serangan pada Kerajaan Aru, pada serangan ini Raja Aru Sultan Ali Boncar terbunuh oleh pasukan Aceh. Sementara itu Ratu Aru, kemudian meminta bantuan baik pada Portugal di Malaka maupun pada Johor. Armada Johor menghancurkan armada Aceh di Haru pada 1540. Aceh kembali berusaha menaklukan Haru pada 1564. Sekali lagi Haru berkat bantuan Johor berhasil mendapatkan kemerdekaannya[5] difahami dari tahun kejadiannya jelas masa ini merupakan masa pemerintahan Raja Ke 5 Kesultanan Aceh.

Selanjutnya dalam surat Sultan Iskandar Muda yang ditujukan kepada Best yang ditulis pada tahun 1613 dikatakan, bahwa Raja Aru telah ditangkap, waktu itu dalam rangka penaklukan Aru Aceh mengirim 70 ekor gajah dan sejumlah besar persenjataan untuk melakukan penyerbuan ke Aru. Dalam masa ini sebutan Haru atau Aru juga digantikan dengan nama Deli dan kemudian resmilah Aru atau Deli menjadi jajahan Aceh[4].

Memahami perang Aceh Vs Aru di atas dapatlah kemudian dipahami bahwa Perang Pertama dalam jaman Sultan Ke 5 Aceh meskipun diceritakan Aceh dapat membunuh Raja Aru akan tetapi peperangan tidak sampai menaklukan Aru, akan tetapi pada saat Aceh di Rajai oleh Sultan ke 14, jelas Aceh dikatakan dapat menaklukan Aru. 

Berdasarkan hal tersebut, penulis lebih condong bahwa polemik antara Aceh dan Aru yang disebabkan keinginan Sultan Iskandar untuk memiliki putri cantik yang tak kesampaian itu terjadi pada masa perang ke II antara Aceh Vs Aru. Oleh karena itu maka lengkaplah dalam alasan yang kedua ini bahwa memang Sultan Iskandar Muda berwatak menyukai wanita-wanita cantik, dalam kata lain jika wanita tersebut menolak maka dipaksa, oleh karena itu dimungkinkan perang besar penaklukan Aru oleh Aceh dalam masa Sultan Aceh ke 14 ini dilatar belakangi oleh keinginan Sultan Iskandar Muda untuk memperistri Puteri Hijau yang ditolak, demikianlah kesimpulannya. 

Referensi
[1] Reid, Anthony. Asal Usul Konflik Aceh: Dari Perebutan Pantai Timur Sumatra hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. ISBN 979-461-534-X. Hlan 3
[2]Diakses.2-14-2017. https://brainly.co.id/tugas/1760798
[3] Diakses 2-14-2017. https://daerah.sindonews.com/read/1110248/29/kisah-meriam-puntung-puteri-hijau-dan-kerajaan-aceh-1463753782
[4] Lombard, Denys. Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, 2006. ISBN 979-9100-49-6
[5]Diakses 2-14-2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Aru

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Iskandar Muda, Sultan Aceh Yang Berpolemik Dengan Wanita Cantik

0 comments:

Post a Comment